Postingan

JEMARI BERTUNAS

Gambar
Image by Canva Jubaedah naik pitam mendengar warta tentang kenakalan anaknya di sekolah. Ia mendapat surat panggilan dari Kepala Sekolah pagi ini. Dengan wajah merah kesumba, ia melangkah menyeruak pintu kayu dan membantingnya hingga atap ikut bergetar. "Anak kurang ajar!" racaunya sambil terus mengayunkan kaki beralas sandal karet tipis. *** "Jadi, apa kesalahan yang telah anak saya buat, Bu?" "Kemarin dia berantem, tak memakai sepatu, baju dikeluarkan, bolos, jajan saat jam pelajaran, gak ngerjain tugas, tidur di kelas, makan di kelas, kentut di kelas, gangguin anak-anak perempuan sampai nangis, malak uang jajan adik kelas, coret-coret dinding, dan masih banyak lagi, Bu. Buku CKS (Catatan Kriminal Siswa) sampai penuh dengan nama anak Ibu," Bu Kepala Sekolah menjelaskan secara detail tanpa terselip kealpaan. "Hari ini dia tidak memakai topi dan tidak memakai dasi. Kuku-kukunya juga sangat panjang dan hitam. Ih! Teman-temannya sampai ketak

Puisi: SETELAH MASA SULIT YANG KITA LEWATI

Gambar
Image by Canva Akankah setelah ini rona rembulan masih sama? Menghiasi wajah-wajah sang kekasih yang rindu kedamaian malam Akankah mentari masih sama hangatnya, setelah serdadu awan kelam menutupi keparipurnaan sinarnya? Akankah angin mampu menyibak kesedihan, yang berlapis-lapis dengan kesejukan belai kasihnya?   Sungguh, aku yakin, setelah penderitaan ada kebahagiaan Biarlah semua itu berlalu dalam tabir kelam Dan hikmah yang terselip di dalamnya itu kita bawa sebagai pelajaran Walaupun kita tahu, derita akan senantiasa menari-nari di pundak kita Karena hanya dengan deritalah kita dapat kembali mengingat keagungan cinta-Nya, serta dekat dengan yang namanya rasa sabar dan ikhlas   Tanggamus, 18 Mei 2020 Enable Ginger Cannot connect to Ginger Check your internet connection or reload the browser Disable in this text field Edit Edit in Ginger Edit in Ginger × Enable Ginger Cannot connect to Ginger Check your internet connection or reload the browser Disa

TERJEBAK!

Gambar
Image by Canva Nyanyian burung malam membuatku terjaga. Ditambah riuh gemerisik serangga yang seolah turut menghantui tidurku. Mata sayup-sayup menilik jam di atas nakas, pukul 03.15. Usai Ramadan, bingung jika terbangun pada jam ini, mau apa? "Solat malam, dong, atau makan sahur buat puasa sawal," gumamku menatap langit-langit yang dipenuhi jaring lengket laba-laba. Namun, ini sangat mengerikan. Maksudku, aku tak berani bangun sendirian di dapur dan mengambil air wudhu di kamar mandi yang tak beratap. Dari kamar mandi, kehidupan malam tampak begitu mengerikan, di mana siluet yang dihasilkan sinar rembulan menciptakan lukisan dunia lain. Aku beranjak menuju kamar mandi untuk mengambil air wudhu, meninggalkan selimut yang berserak akibat posisi tidur yang tidak jelas. Layaknya orang yang mempunyai alter ego, aku coba keluarkan sisi beraniku walau agak sulit. Tangan meraba tembok mencari saklar pemantik aliran elektrik. Lampu menyala terang. Aku duduk sebentar menenangk

Creepypasta: BERUBAH!

Gambar
#cerita #creepypasta #flashfiction Image by Canva Sinar mentari tergelincir menembus celah jendela bertralis besi bunga-bunga mawar. Ugh! Sangat menyilaukan. Mataku masih berat untuk dibuka. Badan terasa sakit-sakit bagai dipukul warga sekampung. Tidak biasanya tubuhku seperti ini. Seingatku, aku selalu tidur tepat waktu. Aku termangu sesaat, lalu lanjut membersihkan kotoran yang menepi di pojok bola mata. Disaat sedang asyik membelai mata, tiba-tiba suara adzan asar Mang Sanusi melantun merdu. Ah, waktunya untuk masak menu berbuka. Kolak selalu menjadi menu andalan bulan puasa. Aku segera meraih satu sisir pisang lilin, lalu mencincangnya menjadi ukuran kecil minimalis. Deg! Tiba-tiba kepalaku pusing. Mata berkunang-kunang, badan sempoyongan, dan pandangan kabur. "Awww!!!" teriakku refleks. Pisau bermata tajam menyayat telunjuk kiriku. Segera aku raih kain sekenanya untuk menghentikan darah yang terus mengalir. Namun, tunggu! Kenapa darahku berwarna hijau menyala.

Gore: GULAI KOKI PSYCHO

Gambar
#cerita #creepypasta #flashfiction Image by Canva "Nak, rambutmu berantakan sekali," tutur seorang wanita setengah tua kepada anaknya. Rambut hitam anaknya dibelai dengan penuh kasih sayang. "Ibu, rapikan, ya?" Tangannya meraih karet jepang lalu lanjut mengepang rambut anaknya. "Rambutmu terlalu panjang. Kau masih belum bisa merawatnya dengan benar. Lihatlah! Cat rambut merah ini belum kau basuh," racaunya. Tangannya masih sibuk mengaitkan karet-karet itu di sela-sela rambut berkilau anaknya. "Ibu potong sedikit, ya?" Tanpa persetujuan dari anaknya, ia langsung meraih gunting baja putih yang mengkilat terang. Ia potong rambut anaknya itu inci demi inci hingga sedap dipandang. "Sudahlah, Nak, tak usah ditangisi," ucapnya sambil mengusap air mata yang menetes dari kelopak mata eksotis anaknya. Mata itu benjol, lebam, dan merah. Entah berapa liter air mata yang telah tumpah, tak tahu. Mata itu menyiratkan kesedihan yang teram

Cerpen: TUAH BERTULAH

Gambar
Cerpen oleh Firman Image by Canva  “Tolonglah Pak. Beri saya waktu satu bulan lagi. Saya janji akan segera melunasi semua hutang saya , ” pinta Juminem. “Halah, bohong! Selalu saja janji, janji dan janji! Sudahlah! Ayo ambil barang-barangnya!” suruh Lelaki kasar berbadan gempal  kepada anak buahnya. “Pak jangan, Pak! Tolonglah, Pak!” Juminem berusaha mencegah orang-orang itu, namun usahanya sia-sia. Semua barang diangkut untuk melunasi hutang-hutangnya. *** “Pak, saya sudah tidak kuat lagi,” ucap Juminem kepada suaminya. “Saya nggak kuat hidup dalam kesusahan terus,” sambungnya samb il menangis tersedu-sedu. “Ya yang sabar, Buk! Pasti nanti ada jalannya,” ucap Pak Karyo, suaminya. “Ya tapi kapan, Pak! Anak kita sebentar lagi masuk sekolah dan kita belum punya apa-apa! Lelah, Pak!” “…,” Pak Karyo hanya bisa terdiam sambil meremat kain hitam yang ada di samping bantalnya. Semenjak suaminya sakit, Juminem harus bekerja keras untuk menghidupi keluarganya. Kec