Postingan

Menampilkan postingan dengan label puisi rindu

Puisi: RINDU MENGAJARKANKU

Rindu mengajarkanku bahwa mencintai tak harus melihat tanganmu, meski aku melaluinya dengan hari yang panjang dan jiwaku seolah menyusut terbang dalam cantikmu yang tak lekang terpasung waktu. Aku kerap melihatmu di kaca jendela walau nyatanya hanya keheningan yang senyap merayap dan ruangan penuh oleh samar suaramu, jauh melabuh ke anganku menjadi lonceng kecil yang terus saja memanggilmu meski di balik awan itu parasmu bersembunyi.  Rindu mengajarkanku untuk tak pernah melupakan hangat rindang pelukanmu. Tanggamus, 07 April 2022

Puisi: MONOLOG TENTANG CINTA

Jika terbesit kata cinta, maka aku selalu berkaca pada Adam dan Hawa yang menanti dan mencari selama itu kasih dan sayang tak pernah pudar, kemudian Arafah mempersatukan; cinta dikukuhkan. Jika membicarakan kata cinta, aku selalu membayangkan kekuatan. Laila Majnun, sepasang kekasih yang terhalang restu dan keadaan. Sepasang kekasih yang pasrah jika cinta ialah mutlak garis Tuhan yang tak bisa dilukir meski hasrat menggebu seperti Romeo dan Juliet.  Cinta ialah kehancuran, seperti kisah Zulaikha dan Yusuf atau Diana dengan Charles, tapi kata Plato, dia yang merasakan cinta tak akan berjalan dalam kegelapan, yaitu cinta yang menemukan hati dan jiwa yang utuh untuk berbagi kisah dan kasih.  Cinta ialah kerlip cahaya yang mampu membimbing seseorang dan menariknya dari keterasingan. Cinta ialah mata pisau yang siap melukai atau dilukai. Tanggamus, 21 November 2021

Puisi: SEDEKAT-DEKATNYA CINTA, SEDEKAT-DEKATNYA KAU

Ibarat langit, akulah awan pada tubuhmu sebagai pelukis wajahmu, bertukar-tukar isyarat dan malam ketika kau menyaru bintang, akulah rembulan pada gemerlap  riang malammu. Kita selalu dekat, ibarat pena dan puisi akulah tinta yang menyimpan segala ceritamu dan rahasia kenangan tentang angan dan ingin yang selalu kita kisahkan sepanjang perjalanan. Meski habis catatan di riwayat,  hikayat tak lagi dituturkan, kita mesti sekokoh akar pohonan, menyulur perdu ditelikung zaman sebab sebaik-baiknya ikatan ialah yang tak pernah pudar dilerai waktu. Dan matahari perlahan naik, tepat saat orang-orang gelisah terbangun dari mimpi, kugenggam tanganmu, gegas menyalakan api cinta sebab kita tak pernah tahu, kapan waktu mengekalkan rindu. Saat hujan merusak suasana, kudekap tubuhmu, kau mendekap tubuhku, lalu kita menjadi arus sungai, mengalirkan  kehidupan, kecipak ikan, dan segala yang  kita angankan menjadi kenyataan sebab kita bersama dan aku bahagia. Tanggamus, 3 November 2021

MENGAKRABI SUNYI

Gambar
Clouds

Puisi: SETELAH MASA SULIT YANG KITA LEWATI

Gambar
Image by Canva Akankah setelah ini rona rembulan masih sama? Menghiasi wajah-wajah sang kekasih yang rindu kedamaian malam Akankah mentari masih sama hangatnya, setelah serdadu awan kelam menutupi keparipurnaan sinarnya? Akankah angin mampu menyibak kesedihan, yang berlapis-lapis dengan kesejukan belai kasihnya?   Sungguh, aku yakin, setelah penderitaan ada kebahagiaan Biarlah semua itu berlalu dalam tabir kelam Dan hikmah yang terselip di dalamnya itu kita bawa sebagai pelajaran Walaupun kita tahu, derita akan senantiasa menari-nari di pundak kita Karena hanya dengan deritalah kita dapat kembali mengingat keagungan cinta-Nya, serta dekat dengan yang namanya rasa sabar dan ikhlas   Tanggamus, 18 Mei 2020 Enable Ginger Cannot connect to Ginger Check your internet connection or reload the browser Disable in this text field Edit Edit in Ginger Edit in Ginger × Enable Ginger Cannot connect to Ginger Check your internet connection or reload the browser Disa

SAJAK GUBAHAN SANG PERINDU

Gambar
 Puisi oleh Firman Image by Canva Untuk saat ini, keahlian yang kumiliki hanya menangis, merintih, dan meminta belas kasihan kepada bintang-bintang yang gemerlap, kepada burung-burung yang bisu, dan juga kepada bulan yang sinarnya tak menghangatkan untuk menyampaikan salam yang tak mampu aku ucapkan Seperti titik dan koma yang tak berakhir, rindu ini pun begitu Sesepi apapun tetaplah ramai, yaitu detak jantung yang merindu akan kehadirannya Senyumnya yang paling setia menyapa Membangunkan eunoia yang tertimbun lama Senyum ini selalu dipaksakan untuk manis Memang menyakitkan, tetapi selama raga ini masih bisa mengukir jejak di atas tanah, aku akan tetap berusaha menjaga perasaan ini untuknya agar tetap sama pada saat bertemu Seperti ombak yang tak jemu memecah kesunyian pantai, seperti burung-burung yang tetap bersenandung di tengah malam, seperti mentari yang tak pernah lelah menebarkan kesetiaan pada bumi, dan seperti tanah yang ta