Postingan

Menampilkan postingan dengan label puisi

Puisi: SEDEKAT-DEKATNYA CINTA, SEDEKAT-DEKATNYA KAU

Ibarat langit, akulah awan pada tubuhmu sebagai pelukis wajahmu, bertukar-tukar isyarat dan malam ketika kau menyaru bintang, akulah rembulan pada gemerlap  riang malammu. Kita selalu dekat, ibarat pena dan puisi akulah tinta yang menyimpan segala ceritamu dan rahasia kenangan tentang angan dan ingin yang selalu kita kisahkan sepanjang perjalanan. Meski habis catatan di riwayat,  hikayat tak lagi dituturkan, kita mesti sekokoh akar pohonan, menyulur perdu ditelikung zaman sebab sebaik-baiknya ikatan ialah yang tak pernah pudar dilerai waktu. Dan matahari perlahan naik, tepat saat orang-orang gelisah terbangun dari mimpi, kugenggam tanganmu, gegas menyalakan api cinta sebab kita tak pernah tahu, kapan waktu mengekalkan rindu. Saat hujan merusak suasana, kudekap tubuhmu, kau mendekap tubuhku, lalu kita menjadi arus sungai, mengalirkan  kehidupan, kecipak ikan, dan segala yang  kita angankan menjadi kenyataan sebab kita bersama dan aku bahagia. Tanggamus, 3 November 2021

HARI INI TAK AKAN SAMA DENGAN HARI KEMARIN

Hari ini tak akan sama dengan hari kemarin, kemarin mendung, barangkali hari ini langit biru dan tak selamanya matahari terus bersembunyi melupakanmu yang tertatih meniti langkah kecil juga merapal doa-doa untuk esok yang mungkin lebih cerah dari hari ini Tiap jalan yang kita lalui, suatu saat tegulung merangkak ke langit, lalu sebuah kisah jadi abadi dalam hidup singkat yang kita belum sempat melihatnya lebih lama sebab harapan bisa jadi adalah warisan yang terus terpatri dalam liukan aksara Sementara kita terus berkisah agar kelak ditemukan rimbun pelajaran bagi masa depan yang menghendaki indah sesuatu  sebab harapan selalu tercipta dari sumur air mata yang penuh rintih kenangan, pilu jua kita semai,  bahagia kita tuai Kamar, 21 Mei 2022

Sepanjang Pesisir Tanggamus (1), Sepanjang Pesisir Tanggamus (2)

Gambar
  #puisi Sepanjang Pesisir Tanggamus (1) Sepanjang jalanmu, yang kulihat hanya laut aroma garam yang begitu kental, gelegar ombak yang rindu kaki wisatawan, dan rumpun buih putih, seputih tawa anak-anak pesisir dan penjual ikan yang lebih banyak menjajakan kenangan laut; basah keringat pemancing yang tak kering diamuk angin sepasang camar menukik ke pasir putih,  adakalanya mereka paling tahu,  bagaimana menghabiskan sisa-sisa yang tertinggal di bibir pantai: badai cinta semalaman, kata-kata bualan, dan surut pasang harapan dari bisik gemuruh laut  mengguguh tiap dada yang melewatinya manakala kudatangi lagi jalanmu,  jalan kecil yang berbatu, apakah masih sepetak kebun kelapa itu, rumah-rumah rapuh di dusun asing,  dan lanskap teduh lengang siang, jadi potret bisu yang terus kukenang dalam samar tua ingatan Tanggamus, 11 Mei 2022 ... #Puisi Sepanjang Pesisir Tanggamus (2) Yang pernah menyisir sepanjang garis pantaimu, pasti suka menenggelamkan kaki, membiar tiap riak air memecah letih

MENGAKRABI SUNYI

Gambar
Clouds

Puisi: SETELAH MASA SULIT YANG KITA LEWATI

Gambar
Image by Canva Akankah setelah ini rona rembulan masih sama? Menghiasi wajah-wajah sang kekasih yang rindu kedamaian malam Akankah mentari masih sama hangatnya, setelah serdadu awan kelam menutupi keparipurnaan sinarnya? Akankah angin mampu menyibak kesedihan, yang berlapis-lapis dengan kesejukan belai kasihnya?   Sungguh, aku yakin, setelah penderitaan ada kebahagiaan Biarlah semua itu berlalu dalam tabir kelam Dan hikmah yang terselip di dalamnya itu kita bawa sebagai pelajaran Walaupun kita tahu, derita akan senantiasa menari-nari di pundak kita Karena hanya dengan deritalah kita dapat kembali mengingat keagungan cinta-Nya, serta dekat dengan yang namanya rasa sabar dan ikhlas   Tanggamus, 18 Mei 2020 Enable Ginger Cannot connect to Ginger Check your internet connection or reload the browser Disable in this text field Edit Edit in Ginger Edit in Ginger × Enable Ginger Cannot connect to Ginger Check your internet connection or reload the browser Disa

SAJAK GUBAHAN SANG PERINDU

Gambar
 Puisi oleh Firman Image by Canva Untuk saat ini, keahlian yang kumiliki hanya menangis, merintih, dan meminta belas kasihan kepada bintang-bintang yang gemerlap, kepada burung-burung yang bisu, dan juga kepada bulan yang sinarnya tak menghangatkan untuk menyampaikan salam yang tak mampu aku ucapkan Seperti titik dan koma yang tak berakhir, rindu ini pun begitu Sesepi apapun tetaplah ramai, yaitu detak jantung yang merindu akan kehadirannya Senyumnya yang paling setia menyapa Membangunkan eunoia yang tertimbun lama Senyum ini selalu dipaksakan untuk manis Memang menyakitkan, tetapi selama raga ini masih bisa mengukir jejak di atas tanah, aku akan tetap berusaha menjaga perasaan ini untuknya agar tetap sama pada saat bertemu Seperti ombak yang tak jemu memecah kesunyian pantai, seperti burung-burung yang tetap bersenandung di tengah malam, seperti mentari yang tak pernah lelah menebarkan kesetiaan pada bumi, dan seperti tanah yang ta