Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2022

Puisi: RINDU MENGAJARKANKU

Rindu mengajarkanku bahwa mencintai tak harus melihat tanganmu, meski aku melaluinya dengan hari yang panjang dan jiwaku seolah menyusut terbang dalam cantikmu yang tak lekang terpasung waktu. Aku kerap melihatmu di kaca jendela walau nyatanya hanya keheningan yang senyap merayap dan ruangan penuh oleh samar suaramu, jauh melabuh ke anganku menjadi lonceng kecil yang terus saja memanggilmu meski di balik awan itu parasmu bersembunyi.  Rindu mengajarkanku untuk tak pernah melupakan hangat rindang pelukanmu. Tanggamus, 07 April 2022

Cerpen: DUA SAHABAT

Rama dan Soleh sudah berkawan sejak kecil. Mereka saling melengkapi dan berbagi segalanya sebab dunia mereka jauh berbeda. Rama adalah anak dari sepasang konglomerat yang begelimangan harta, sementara Soleh hidup dalam kesederhanaan. Rama bisa menikmati indahnya dunia, sementara Soleh hidup dalam kegelapan sebab ia tuna netra sejak lahir.  Mulanya, Ibu Soleh bekerja di rumah Rama sebagai asisten rumah tangga. Rama yang sehari-harinya hidup sendiri sebab orang tuanya sibuk bekerja menjadi gembira mendapatkan seorang teman. Ketika orang tua Rama belum pulang hingga larut malam, ia ikut bersama Soleh dan ibunya hingga orang tuanya datang menjemput.  Dari situ, Rama merasakan kehidupan yang berbeda. Bukan karena rumah dan makanan yang sederhana, tetapi keluarga Soleh yang amat harmonis. Rama merasa sangat hangat dan tenteram di rumah Soleh. Ia sangat berharap mendapatkan keluarga yang seperti itu, orang tua yang selalu ada saat dibutuhkan dan waktu yang selalu dihabiskan bersama-sama.  Ram

Cerpen: BINTANG

Jauh di sebuah kota asing, dua orang laki-laki saling bersitatap. Yang satu masih seumuran remaja lulus SMA, yang satu lagi kira-kira usianya sekitar kepala empat. Kebisuan merayap di antara mereka meski deru kendaraan lantang mendominasi. Suara tukang parkir memandu ibu-ibu keluar dari toko. Suara penjaja sandal, baju serba murah, dan kenek bus begitu menghidupkan suasana kota.  Lelaki remaja itu menatapnya dengan girang sambil memasang senyum yang gamang. Bibirnya bergetar, ingin sekali memanggil lelaki di hadapannya yang bertahun-tahun tak pernah dilakukan, tetapi lelaki berkepala empat itu justru buru-buru menoleh, kemudian menjauh. Entah pergi ke mana lagi kali ini.  Jauh sebelum itu, ada satu hal yang terus terngiang. Perasaan rindu yang rajin membangunkannya dari tidur. Sekeping tanya selalu bergelayutan dalam selembar poto yang kini digenggamnya. Ia tak mungkin salah orang. Demi bertemu dengan lelaki itu, ia rela jauh dari kampung. Puluhan kilo ia tempuh, di tengah terik mataha

Puisi: MONOLOG TENTANG CINTA

Jika terbesit kata cinta, maka aku selalu berkaca pada Adam dan Hawa yang menanti dan mencari selama itu kasih dan sayang tak pernah pudar, kemudian Arafah mempersatukan; cinta dikukuhkan. Jika membicarakan kata cinta, aku selalu membayangkan kekuatan. Laila Majnun, sepasang kekasih yang terhalang restu dan keadaan. Sepasang kekasih yang pasrah jika cinta ialah mutlak garis Tuhan yang tak bisa dilukir meski hasrat menggebu seperti Romeo dan Juliet.  Cinta ialah kehancuran, seperti kisah Zulaikha dan Yusuf atau Diana dengan Charles, tapi kata Plato, dia yang merasakan cinta tak akan berjalan dalam kegelapan, yaitu cinta yang menemukan hati dan jiwa yang utuh untuk berbagi kisah dan kasih.  Cinta ialah kerlip cahaya yang mampu membimbing seseorang dan menariknya dari keterasingan. Cinta ialah mata pisau yang siap melukai atau dilukai. Tanggamus, 21 November 2021

Puisi: SEDEKAT-DEKATNYA CINTA, SEDEKAT-DEKATNYA KAU

Ibarat langit, akulah awan pada tubuhmu sebagai pelukis wajahmu, bertukar-tukar isyarat dan malam ketika kau menyaru bintang, akulah rembulan pada gemerlap  riang malammu. Kita selalu dekat, ibarat pena dan puisi akulah tinta yang menyimpan segala ceritamu dan rahasia kenangan tentang angan dan ingin yang selalu kita kisahkan sepanjang perjalanan. Meski habis catatan di riwayat,  hikayat tak lagi dituturkan, kita mesti sekokoh akar pohonan, menyulur perdu ditelikung zaman sebab sebaik-baiknya ikatan ialah yang tak pernah pudar dilerai waktu. Dan matahari perlahan naik, tepat saat orang-orang gelisah terbangun dari mimpi, kugenggam tanganmu, gegas menyalakan api cinta sebab kita tak pernah tahu, kapan waktu mengekalkan rindu. Saat hujan merusak suasana, kudekap tubuhmu, kau mendekap tubuhku, lalu kita menjadi arus sungai, mengalirkan  kehidupan, kecipak ikan, dan segala yang  kita angankan menjadi kenyataan sebab kita bersama dan aku bahagia. Tanggamus, 3 November 2021

Cerpen Puisi: RUMAH

 #Cinta_CerPus #Cerpen #Puisi RUMAH oleh Firman Fadilah Jumkat 800+ Di teras rumah tua itu, Kakek Dul termenung, seolah ada sesuatu yang membuatnya gelisah. Ditatapnya langit senja dengan awan setipis tisu. Kerut di keningnya makin bertumpuk, menggambarkan hari-harinya yang kian murung. Suara kendaraan yang lalu-lalang ramai mengusik suasana, tetapi suara deru itu hanya kebisingan belaka yang tak mampu menepis berbagai kegundahan dalam dadanya.  Sebagai seorang tua yang tinggal sendiri, seharusnya ini adalah waktu yang paling tepat untuk menikmati kehidupan. Setelah istrinya meninggal, lalu ke lima anaknya menikah dan pergi merantau, tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Semuanya telah dewasa dan mandiri. Tugasnya sebagai orang tua telah selesai. Kini, ia hanya perlu memperbaiki diri dan menunggu anak-anak dan cucu-cucu kembali menjenguknya. Namun, kegundahan yang tergambar pada garis retak di pipi dan keningnya tak mungkin bisa disembunyikan. Seminggu yang lalu, seorang kontraktor menya

Cerpen: KOPLO

"Goyang lagi ahhh!!" Jamilah berteriak di atas panggung, mencoba untuk mencuri perhatian penonton di bawahnya.  "Goyang lagiii!" Penonton seketika menyahut serempak seolah-olah tak tahan lagi untuk segera mendengar suara merdu dari bibir Jamilah yang tipis dan merah seksi. Atau barangkali mereka juga ingin melihat pinggul Jamilah yang patah-patah saat bergoyang. Pantatnya yang kenyal berlenggak-lenggok segera menciptakan kepuasan tersendiri. Juga buah dadanya yang ranum seakan hendak jatuh dari atas panggung.  Saat kendang ditabuh, kaki kanan Jamilah yang putih dan jenjang diangkat ke atas sound system di sisi panggung. Ia memainkan sepatunya yang tinggi. Lalu, seruling pun mengalun merdu. "Tangan di atas semua yokkk!" Seketika itu para penonton langsung riuh dan serempak mengangkat tangan dengan satu irama umpama telah terhipnotis oleh liukan badan Jamilah yang bergoyang ke kanan dan ke kiri. Di bawah panggung, para penonton goyang tak beraturan. Ada yang

Cerpen: MALAM BERDARAH

 Disclaimer : cerita mengandung gore. 18++ Jam 01:10 [Belum tidur?] pesan dari Ken, kawan satu kelasku. Perasaan ganjil muncul tiba-tiba. Sebelumnya, ia jarang mengirim pesan, terlebih untuk hal basa-basi seperti ini. Biasanya, kami hanya berbalas pesan untuk membahas pertandingan sepak bola. Pesan sudah telanjur kubaca, tak mungkin kuabaikan.  [Belum,] balasku. [Kenapa?] Malam itu, entah mengapa mataku enggan terpejam. Beberapa cerita pendek telah selesai kubaca untuk membuat mataku lelah, kemudian terkatup. Namun, semakin banyak kata-kata yang kubaca, mataku semakin terjaga.  Dadaku kian bergemuruh seperti ada ketakutan yang mengintai di balik jendela. Angin berkesiur, membuat ranting dan daun-daun saling bergesekan. Suara-suaranya menjadi aneh seolah suara seseorang yang merintih-rintih mencari pertolongan. Terlebih, tidak ada orang di rumah. Orang tuaku pergi ke luar kota. Ketakutan kian mencekam. Keningku berpeluh.  [Aku nggak bisa tidur, Jo.] [Sama.] [Aku masih belum bisa move on

Cerpen: ADA CINTA DI GEDUNG TEATER

Sekolah kami memiliki gedung aula yang besar. Di dalamnya, ada panggung yang biasa digunakan untuk mempertontonkan berbagai macam pertunjukan karya seni. Tari, teater, musik, dan acara-acara besar seperti perayaan perpisahan.  Lampu-lampu kecil menghiasi di setiap sudut. Background dicat dengan warna putih yang mendominasi. Aula itu tertutup yang membuat suara-suara memantul-mantul. Pita warna-warni menggantung di atas daun jendela.  Aku ingat betul pertunjukan teater tokoh pasangan wayang yang melegenda, Rama dan Sinta. Pameran karya setiap setahun sekali yang wajib diadakan sebagai bukti kepada para orang tua bahwa siswa-siswi didikan kami mempunyai prestasi.  Sebelumnya, sebagai guru seni, aku memilih para pemain yang akan melakonkan masing-masing peran. Mereka sangat antusias menyambut pertunjukan teater agung itu. Ada satu siswa yang sangat jenaka, jahil, pula terkenal nakal. Mengingatnya, aku tertawa juga bangga sebab totalitas aktingnya membuat pertunjukan teater itu memesona. &

HARI INI TAK AKAN SAMA DENGAN HARI KEMARIN

Hari ini tak akan sama dengan hari kemarin, kemarin mendung, barangkali hari ini langit biru dan tak selamanya matahari terus bersembunyi melupakanmu yang tertatih meniti langkah kecil juga merapal doa-doa untuk esok yang mungkin lebih cerah dari hari ini Tiap jalan yang kita lalui, suatu saat tegulung merangkak ke langit, lalu sebuah kisah jadi abadi dalam hidup singkat yang kita belum sempat melihatnya lebih lama sebab harapan bisa jadi adalah warisan yang terus terpatri dalam liukan aksara Sementara kita terus berkisah agar kelak ditemukan rimbun pelajaran bagi masa depan yang menghendaki indah sesuatu  sebab harapan selalu tercipta dari sumur air mata yang penuh rintih kenangan, pilu jua kita semai,  bahagia kita tuai Kamar, 21 Mei 2022

Sepanjang Pesisir Tanggamus (1), Sepanjang Pesisir Tanggamus (2)

Gambar
  #puisi Sepanjang Pesisir Tanggamus (1) Sepanjang jalanmu, yang kulihat hanya laut aroma garam yang begitu kental, gelegar ombak yang rindu kaki wisatawan, dan rumpun buih putih, seputih tawa anak-anak pesisir dan penjual ikan yang lebih banyak menjajakan kenangan laut; basah keringat pemancing yang tak kering diamuk angin sepasang camar menukik ke pasir putih,  adakalanya mereka paling tahu,  bagaimana menghabiskan sisa-sisa yang tertinggal di bibir pantai: badai cinta semalaman, kata-kata bualan, dan surut pasang harapan dari bisik gemuruh laut  mengguguh tiap dada yang melewatinya manakala kudatangi lagi jalanmu,  jalan kecil yang berbatu, apakah masih sepetak kebun kelapa itu, rumah-rumah rapuh di dusun asing,  dan lanskap teduh lengang siang, jadi potret bisu yang terus kukenang dalam samar tua ingatan Tanggamus, 11 Mei 2022 ... #Puisi Sepanjang Pesisir Tanggamus (2) Yang pernah menyisir sepanjang garis pantaimu, pasti suka menenggelamkan kaki, membiar tiap riak air memecah letih